Sabtu, 23 Februari 2013

Uwais al-Qarni, sang penghuni langit



Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya
lapang panjang, berpenampilan cukup tampan,
kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di
dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan
kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli
membaca Al-Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan
dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang
yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi
akan tetapi sangat terkenal di langit. Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak
punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang
masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-
hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing.
Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar
menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada
kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba
kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak
memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap
melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad
SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk
menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak
ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap
pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya
sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan
Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu
merindukan datangnya kebenaran. Banyak
tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di
Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka
dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat
tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka
itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih
Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.
Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan
kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang
cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan
adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang
merawatnya. Di ceritakan ketika terjadi Pertempuran Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah
karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar
ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul
giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut
dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau
SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak
terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat
dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya
dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya
dan memandang wajah beliau dari dekat? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat
membutuhkan perawatannya dan tak tega
ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan
malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya,
mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi
SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur,
merasa terharu ketika mendengar permohonan
anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata,
"Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya.
Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali
pulang". Dengan rasa gembira ia berkemas untuk
berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya
yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia
pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu,
berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak
kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli
penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir
yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat
memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi
SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-
Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah
Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidah Fathimah
binti Muhammad SAW, sambil menjawab salam
Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin
dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak
berada di rumah melainkan berada di medan perang.
Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin
berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di
rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih
terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan
sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,"
Engkau harus lekas pulang". Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya
tersebut telah mengalahkan suara hati dan
kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan
Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit
kepada Sayyidah Fathimah a.s. untuk segera pulang
ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan
haru. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung
menanyakan tentang kedatangan orang yang
mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan
bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada
ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di
langit). Mendengar perkataan baginda Rasulullah SAW, Sayyidatina Fathimah a.s. dan para sahabatnya
tertegun. Menurut informasi Sayyidah Fathimah a.s.,
memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan
segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat
meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah SAW bersabda : "Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah,
ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak
tangannya." Sesudah itu beliau SAW, memandang
kepada Imam Ali bin Abi Thalib a.s. dan Umar bin
Khattab dan bersabda, "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya,
dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi". Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi
SAW wafat, hingga kekhalifahan Abu Bakar telah diestafetkan kepada Khalifah Umar bin Khattab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW.
tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Ia
segera mengingatkan kepada Imam Ali a.s. untuk
mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah
yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran,
apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia
dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari
Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama
rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada
rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera
khalifah Umar bin Khattab dan Imam Ali a.s.
mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais
turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui
Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
Khalifah Umar bin Khattab dan Imam Ali a.s. memberi
salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan
salat. Setelah mengakhiri salatnya, Uwais menjawab
salam kedua tamu agung tersebut sambil
bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk
membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di
telapak tangan Uwais, sebagaimana pernah
disabdakan oleh Nabi SAW. Memang benar! Dia
penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu
tersebut, siapakah nama saudara? "Abdullah", jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa
dan mengatakan, "Kami juga Abdullah, yakni hamba
Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?"
Uwais kemudian berkata, "Nama saya Uwais al-
Qorni". Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu
Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru
dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat
itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Imam Ali a.s.
memohon agar Uwais berkenan mendo'akan untuk
mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah,
"Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian".
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, "Kami
datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari
anda". Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni
akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan
membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar
berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari
Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya.
Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata, "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba
diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah
hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi". Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam
tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki
pernah bertemu dan ditolong oleh Uwais, waktu itu
kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka
angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga
air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan
kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat
seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di
pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami
memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan salat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai
waliyullah, tolonglah kami!" tetapi lelaki itu tidak
menoleh. Lalu kami berseru lagi, "Demi Zat yang telah
memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!"
Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata, "Apa yang terjadi ?" "Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus
angin dan dihantam ombak?" tanya kami. "Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" katanya. "Kami telah melakukannya." "Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca
bismillahirrohmaani rrohiim!" Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan
berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima
ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak
tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya
tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta
kalian menjadi korban asalkan kalian semua
selamat". "Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah
nama Tuan ? "Tanya kami. "Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya,
"Sesungguhnya harta yang ada dikapal tersebut
adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang
dikirim oleh orang Mesir." "Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-
orang fakir di Madinah?" tanyanya. "Ya, "jawab kami. Orang itu pun melaksanakan salat
dua rakaat di atas air, lalu berdo'a. Setelah Uwais al-
Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke
permukaan air, lalu kami menumpanginya dan
meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami
membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais
al-Qorni telah pulang ke Rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba
sudah banyak orang yang berebutan untuk
memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat
pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali
kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang
yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika
usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa
banyaknya orang yang berebutan untuk
mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,
"ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku
pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku
bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya
guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi
sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut
berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab) Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan
masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang
amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang
yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus
jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah
seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya
hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada
orang-orang yang telah siap melaksanakannya
terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya, "Siapakah sebenarnya
engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki
apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai
penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari
wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk
Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang
tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka
adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi,
hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.
Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya
siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi
tapi terkenal di langit.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Free Casino site in Kenya - LuckyClub
Welcome to luckyclub Lucky Club. The ultimate guide to the best Free Casino games. Get your bonus now! With our extensive list of free casino sites,  Rating: 3.8 · ‎10 votes · ‎Free · ‎Android · ‎Game

galvineagon mengatakan...

Harrah's Reno - Casino - DRMCD
Reno's Harrah's Hotel 익산 출장샵 and Casino is the premiere 경기도 출장샵 destination resort 용인 출장샵 in Reno. Resort features a casino, a 24-hour room 순천 출장샵 service, a 24-hour casino, 계룡 출장안마